Sabtu, 19 Juli 2008

Dua Pilihan

Pada sebuah jamuan makan malam pengadaan dana untuk
sekolah anak-anak cacat, ayah dari salah satu anak
yang bersekolah disana menghantarkan satu pidato yang
tidak mungkin dilupakan oleh mereka yang menghadiri
acara itu. Setelah mengucapkan salam pembukaan, ayah
tersebut mengangkat satu topik:

'Ketika tidak mengalami gangguan dari sebab-sebab
eksternal, segala proses yang terjadi dalam alam ini
berjalan secara sempurna/ alami. Namun tidak demikian
halnya dengan anakku, Shay. Dia tidak dapat
mempelajari hal-hal sebagaimana layaknya anak-anak
yang lain. Nah, bagaimanakah proses alami ini
berlangsung dalam diri anakku? '

Para peserta terdiam menghadapi pertanyaan itu.

Ayah tersebut melanjutkan: "Saya percaya bahwa, untuk
seorang anak seperti Shay, yang mana dia mengalami
gangguan mental dan fisik sedari lahir, satu-satunya
kesempatan untuk dia mengenali alam ini berasal dari
bagaimana orang-orang sekitarnya memperlakukan dia"

Kemudian ayah tersebut menceritakan kisah berikut:
Shay dan aku sedang berjalan-jalan di sebuah taman
ketika beberapa orang anak sedang bermain baseball.
Shay bertanya padaku,"Apakah kau pikir mereka akan
membiarkanku ikut bermain?" Aku tahu bahwa kebanyakan
anak-anak itu tidak akan membiarkan orang-orang
seperti Shay ikut dalam tim mereka, namun aku juga
tahu bahwa bila saja Shay mendapat kesempatan untuk
bermain dalam tim itu, hal itu akan memberinya semacam
perasaan dibutuhkan dan kepercayaan untuk diterima
oleh orang-orang lain, diluar kondisi fisiknya yang
cacat.

Aku mendekati salah satu anak laki-laki itu dan
bertanya apakah Shay dapat ikut dalam tim mereka,
dengan tidak berharap banyak. Anak itu melihat
sekelilingnya dan berkata, "kami telah kalah 6 putaran
dan sekaran sudah babak kedelapan. Aku rasa dia dapat
ikut dalam tim kami dan kami akan mencoba untuk
memasukkan dia bertanding pada babak kesembilan nanti'


Shay berjuang untuk mendekat ke dalam tim itu dan
mengenakan seragam tim dengan senyum lebar, dan aku
menahan air mata di mataku dan kehangatan dalam
hatiku. Anak-anak tim tersebut melihat kebahagiaan
seorang ayah yang gembira karena anaknya diterima
bermain dalam satu tim.


Pada akhir putaran kedelapan, tim Shay mencetak
beberapa skor, namun masih ketinggalan angka. Pada
putaran kesembilan, Shay mengenakan sarungnya dan
bermain di sayap kanan. Walaupun tidak ada bola yang
mengarah padanya, dia sangat antusias hanya karena
turut serta dalam permainan tersebut dan berada dalam
lapangan itu. Seringai lebar terpampang di wajahnya
ketika aku melambai padanya dari kerumunan. Pada akhir
putaran kesembilan, tim Shay mencetak beberapa skor
lagi. Dan dengan dua angka out, kemungkinan untuk
mencetak kemenangan ada di depan mata dan Shay yang
terjadwal untuk menjadi pemukul berikutnya.

Pada kondisi yg spt ini, apakah mungkin mereka akan
mengabaikan kesempatan untuk menang dengan membiarkan
Shay menjadi kunci kemenangan mereka?
Yang mengejutkan adalah mereka memberikan kesempatan
itu pada Shay.

Semua yang hadir tahu bahwa satu pukulan adalah
mustahil karena Shay bahkan tidak tahu bagaimana
caranya memegang pemukul dengan benar, apalagi
berhubungan dengan bola itu.

Yang terjadi adalah, ketika Shay melangkah maju
kedalam arena, sang pitcher, sadar bagaimana tim Shay
telah mengesampingkan kemungkinan menang mereka untuk
satu momen penting dalam hidup Shay, mengambil
beberapa langkah maju ke depan dan melempar bola itu
perlahan sehingga Shay paling tidak bisa mengadakan
kontak dengan bola itu. Lemparan pertama meleset; Shay
mengayun tongkatnya dengan ceroboh dan luput. Pitcher
tsb kembali mengambil beberapa langkah kedepan, dan
melempar bola itu perlahan kearah Shay. Ketika bola
itu datang, Shay mengayun kearah bola itu dan mengenai
bola itu dengan satu pukulan perlahan kembali kearah
pitcher.
Permainan seharusnya berakhir saat itu juga, pitcher
tsb bisa saja dengan mudah melempar bola ke baseman
pertama, Shay akan keluar, dan permainan akan
berakhir.


Sebaliknya, pitcher tsb melempar bola melewati baseman
pertama, jauh dari jangkauan semua anggota tim.
Penonton bersorak dan kedua tim mulai berteriak,
"Shay, lari ke base satu! Lari ke base satu!". Tidak
pernah dalam hidup Shay sebelumnya ia berlari sejauh
itu, tapi dia berhasil melaju ke base pertama. Shay
tertegun dan membelalakkan matanya.

Semua orang berteriak, "Lari ke base dua, lari ke base
dua!"

Sambil menahan napasnya, Shay berlari dengan canggung
ke base dua. Ia terlihat bersinar-sinar dan
bersemangat dalam perjuangannya menuju base dua. Pada
saat Shay menuju base dua, seorang pemain sayap kanan
memegang bola itu di tangannya. Pemain itu merupakan
anak terkecil dalam timnya, dan dia saat itu mempunyai
kesempatan menjadi pahlawan kemenangan tim untuk
pertama kali dalam hidupnya. Dia dapat dengan mudah
melempar bola itu ke penjaga base dua. Namun pemain
ini memahami maksud baik dari sang pitcher, sehingga
diapun dengan tujuan yang sama melempar bola itu
tinggi ke atas jauh melewati jangkauan penjaga base
ketiga. Shay berlari menuju base ketiga.

Semua yang hadir berteriak, "Shay, Shay, Shay,
teruskan perjuanganmu Shay"

Shay mencapai base ketiga saat seorang pemain lawan
berlari ke arahnya dan memberitahu Shay arah
selanjutnya yang mesti ditempuh. Pada saat Shay
menyelesaikan base ketiga, para pemain dari kedua tim
dan para penonton yang berdiri mulai berteriak, "Shay,
larilah ke home, lari ke home!". Shay berlari ke home,
menginjak balok yg ada, dan dielu-elukan bak seorang
hero yang memenangkan grand slam. Dia telah
memenangkan game untuk timnya.

Hari itu, kenang ayah tersebut dengan air mata yang
berlinangan di wajahnya, para pemain dari kedua tim
telah menghadirkan sebuah cinta yang tulus dan nilai
kemanusiaan kedalam dunia.

Shay tidak dapat bertahan hingga musim panas berikut
dan meninggal musim dingin itu. Sepanjang sisa
hidupnya dia tidak pernah melupakan momen dimana dia
telah menjadi seorang hero, bagaimana dia telah
membuat ayahnya bahagia, dan bagaimana dia telah
membuat ibunya menitikkan air mata bahagia akan sang
pahlawan kecilnya.

Seorang bijak pernah berkata, sebuah masyarakat akan
dinilai dari cara mereka memperlakukan seorang yang
paling tidak beruntung diantara mereka. Ingatlah
bahwa kita semua dapat membuat perbedaan.


Kita semua mempunyai banyak pilihan dalam hidup setiap
harinya untuk dapat memahami "kejadian alami dalam
hidup". Begitu banyak hubungan antar 2 manusia yang
kelihatan remeh, sebenarnya telah meninggalkan 2
pilihan bagi kita:
Apakah kita telah meninggalkan cinta dan kemanusiaan
atau, Apakah kita telah melewatkan kesempatan untuk
berbagi kasih dengan mereka yang kurang beruntung,
yang menyebabkan hidup ini menjadi dingin?